[FF – KrisHan] Misunderstanding – Chapter 6

cover-ff-misunderstanding-r

MISUNDERSTANDING

Storyline By KimAeri94

Re-Publish Fanfiction

A Kris-Luhan Fanfiction

KrisHan/FanHan/KrisLu (GS) !!!

.

.

Warnings :

-Typo might everywhere

-Bersikaplah sopan

-Dilarang keras copy-paste tanpa ijin Author yang bersangkutan

.

.

Chapter 6

Luhan dan Ayahnya tengah berada di depan pusara mendiang Ibunya. Tadi pagi Luhan begitu terkejut saat sang Ayah tiba-tiba memintanya untuk mengunjungi makam Jihyun. Tanpa banyak bicara Luhan pun menuruti kata Ayahnya. Dan satu lagi Luhan pergi hanya berdua saja dengan Ayahnya. Tanpa Hyorin.

Keduanya begitu khidmat membaca doa-doa dalam hati masing-masing. Menyalurkan perasaan kerinduan pada sang mendiang di alam sana. Luhan membuka matanya dan melihat Ayahnya masih memejam mata. Dan ia pun kembali menutup matanya.

Luhan mendengar suara helaan nafas, dan ia pun akhirnya membuka matanya dan melihat ternyata Ayahnya sudah selesai berdoa. Luhan kembali melihat ke pusara sang Ibu, melihat dua buket bunga segar yang baru saja Luhan dan Ayahnya bawa. Aroma rerumputan dipagi mendominasi ruang hirup mereka.

Luhan mengikuti Ayahnya yang berjalan menuju kesebuah bangku kayu yang ada ditaman. Ayahnya memberi kode agar Luhan ikut duduk disampingnya. Dan Luhan pun menurut.

“Xiao Lu, maafkan Ayah ya.” Kata Ayah Luhan membuka obrolan. Dan Luhan seketika menoleh ke Ayahnya.

“Dengarkan Ayah Xiao Lu. Ayah tak pernah berniat untuk melupakan Ibumu. Kau harus mengerti, salah satu alasan kenapa Ayah menikah dengan Hyorin adalah karena dirimu juga sayang.” Lanjut Ayah Luhan. Dan membuat Luhan menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

“Kenapa denganku Ayah?” tanya Luhan sedikit tidak terima.

“Semenjak Ibumu tiada, kau selalu terlihat sedih, kau selalu mengurung diri dikamar setelah pulang sekolah. Menangis dan menangis. Ayah memang sibuk dikantor, tapi bukan berarti Ayah tak tahu akan hal itu Xiao Lu.” Luhan diam masih ingin mendengar ucapan Ayahnya.

“Maafkan Ayah, karena Ayah tidak ada disampingmu saat kau tengah membutuhkan Ayah.  Dan lagi pihak sekolah pun juga sudah memberitahu Ayah akan sikapmu disekolah. Sekali lagi Ayah minta maaf Xiao Lu. Karena itu mungkin jika ada Hyorin kau bisa berbagi dengannya. Dia wanita yang baik.”

“Melihatmu yang seperti itu, Ayah tidak tega Xiao Lu. Ayah sangat menyayangimu. Ingin kau selalu tersenyum seperti yang biasa kau lakukan. Ayah yakin Ibumu di surga pasti juga menginginkan hal yang sama. Dan satu lagi, Ibumu akan selalu memiliki tempat yang spesial di hati Ayah, karena Ibumu sudah memberikan putri cantik seperti kau Xiao Lu.”

Luhan hanya bisa meneteskan air matanya dalam diam, mendengarkan ucapan Ayahnya. Lalu Luhan merasakan bahwa tangan Ayahnya tengah mengusap puncak kepalanya dengan lembut.

“Ayah,…” lirih Luhan yang kini sedang memeluk Ayahnya.

“Jangan menangis lagi Xiao Lu. Kau tahu rasa sayang Ayah tidak akan pernah berkurang sekalipun ada Hyorin diantara kita. Dan berjanjilah pada Ayah bahwa kau akan menjadi anak yang baik oke.” Ayah Luhan mengusap lembut punggung Luhan. Sementara Luhan hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya.

“Gomawo Appa.” Kata Luhan dengan pelan.

.

.

“Ayah, Aku ingin mampir kesuatu tempat, boleh antar Aku kesana saja?” tanya Luhan ditengah perjalanannya. Hari sudah berganti sore, dan matahari nyaris tenggelam.

Tadi setelah dari makam, Tuan Xi mengajak Luhan untuk ke kantornya. Sekedar untuk menghabiskan waktu bersama putrinya. Ini memang hari minggu, tapi Tuan Xi mempunyai jadwal Meeting yang sangat penting dikantornya. walau nyatanya begitu, Luhan tetap tidak masalah, lagi pula ia merasa bosan jika seharian berada dirumah. Dan benar saja, begitu Tuan Xi tiba dikantor ia langsung disambut sekretarisnya yang tergesa meminta Tuan Xi agar segera Meeting dengan beberapa staff lainnya. Sementara Luhan menunggu diruang kerja Ayahnya dan duduk disofa sambil menunggu sang Ayah.

Alis Tuan Xi berkerut tanda heran, “Kau mau kemana sayang?”

“Ke sana.” Tunjuk Luhan kearah depan. “Tuan Lee, bisa kita berhenti ditempat itu?” Tuan Lee yang memang sudah hapal hanya mengangguk, sementara Ayah Luhan semakin penasaran.

“Xiao Lu, jadi kau lapar?” tanya Tuan Xi sambil melihat bangunan kedai tempat Fei bekerja.

“Aniyo, Aku ingin mengunjungi seseorang saja.” Jawab Luhan.

“Selamat datang.” Sapa Yujin seperti biasanya menyambut para tamu. Ia membungkuk sopan pada Ayah Luhan yang memang berjalan didepan Luhan.

“Hai, Yujin.” Sapa Luhan, membuat Yujin sedikit kaget.

“Ahh, Eonnie, Annyeonghaseyo.” Sapa Yujin sedikit kikuk. “Apa Eonnie ingin bertemu dengan Bibi Fei?” tanya Yujin dan Luhan mengangguk.

“Bibi Fei, sedang bersama dengan YangMi.” jawabnya santai.

“Apa? YangMi?” kata Luhan sedikit terkejut.

“Luhan?” tiba-tiba suara familiar yang namanya baru saja disebut oleh Yujin pun muncul.

YangMi berdiri ditempatnya sambil memperhatikan Luhan yang juga tengah menatapnya. Tiba-tiba Luhan merasa canggung ditatap seperti itu oleh YangMi. Jika Luhan biasanya akan langsung memarahi dan memberi tatapan mematikannya, tapi kali ini entah kenapa Luhan merasa gugup.

“Xiao Lu?” ujar Ayah Luhan yang membuat Luhan segera menghampiri Ayahnya. Dan membuat mata YangMi mengikuti pergerakan Luhan.

“Apa dia temanmu?” tanya Tuan Xi.

“Iya Ayah, dia temanku, namanya YangMi.” jawab Luhan ragu-ragu.

YangMi pun jadi mendadak canggung, saat mengetahui bahwa pria itu adalah Ayah Luhan. “Hai, Tuan Xi.” Kata YangMi sambil membungkukan badannya. Dan dibalas oleh senyuman ramah Tuan Xi.

“Kalian….” YangMi mencoba bertanya dengan sangat waspada agar tak salah berucap jadi membuat nadanya terdengar ragu-ragu. Namun sebelum YangMi sempat menyelesaikan pertanyaannya. Entah reflek atau tidak YangMi dengan suara lantang memanggil nama seseorang, ketika melihat sosok itu.

“Yifan.”

Kecanggungan Luhan semakin menjadi-jadi, sepertinya rasa sesal mulai merambati relung hatinya kenapa ia mampir ketempat ini.

“Oh Yifan? Jadi kau ada disini juga?” tanya Tuan Xi begitu Yifan dengan ekspresi terkejutnya menghampiri mereka.

“I-iya.” Jawabnya terbata. Lalu Yifan menyempatkan untuk melihat Luhan yang juga menampakan ekspresi yang sulit dijelaskan. Antara terkejut, malu dan bola matanya mengatakan bahwa dia sedang gelisah.

“Xiao Lu, jadi orang yang ingin kau temui disini itu Yifan?” itu adalah pertanyaan yang membuat tembok-tembok harga diri Luhan runtuh seketika. Kenapa Ayahnya mengeluarkan kalimat itu.

“Apa?” Yifan yang merasa namanya disebut menjadi bingung seketika. Sementara YangMi, masih setia berada di tempatnya memperhatikan mereka.

Luhan masih membeku di tempatnya. Lidah Luhan terasa kaku untuk meluruskan kekeliruan Ayahnya. “A-aku….” kata Luhan terbata, rasanya begitu sulit untuk mengeluarkan satu kata itu.

“Ada apa ini. Kenapa kalian berkumpul disini? Dan… Luhan?” akhirnya Fei pun datang dan dia menatap satu persatu wajah. Yifan, YangMi, Luhan dan seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya.

Ayah Luhan menatapnya dengan tatapan Siapa Dia? tapi Luhan mengabaikan tatapan itu lalu kembail melihat Fei.

“Maaf, sudah mengganggumu.” Kata Luhan dengan suara yang pelan. Dan Yifan berani bersumpah baru kali ini mendengar lagi suara Luhan yang selembut itu. Benar-benar jauh dari imej ketus yang selama ini melekat padanya. Apa karena ada Ayahnya dan Fei?.

“Tidak apa-apa Luhannie. Dan kau Yifan, YangMi. kembali ketempat kalian.”

YangMi yang terlebih dahulu meninggalkan mereka, kemudian Yifan setelah mencuri satu pandangan ke arah Luhan dia berjalan meninggalkan tempat itu.

“Luhannie, ada apa? Lalu …” kata Fei yang melirik kearah Ayah Luhan.

“Aku hanya ingin mampir kemari, maaf karena sudah membuatmu merasa terganggu.” kata Luhan.

“Tidak masalah bagiku, Aku senang kau datang kemari.” Jawab Fei.

“Terima kasih. Dan kenalkan ini Ayahku.” Kata Luhan sambil menunjuk Ayahnya dengan tatapan matanya dan bibirnya yang menyunggingkan sebuah senyum tipis.

“Oh benarkah ? Hallo Tuan.” Sapa Fei dengan ramah. Dan dibalas dengan seyum yang ramah pula oleh Ayah Luhan. Selanjutnya Fei dan Tuan Xi pun bersalaman.

“Ayah, Bibi Fei ini adalah Ibunya Yifan.” kata Luhan.

“Benarkah? Senang bertemu dengan Anda Nyonya, Yifan anak yang baik. Aku sangat berterima kasih padanya karena pernah mengajari Luhan tempo hari.”

“Terima kasih Tuan.” Kata Fei dengan senyum lebar.

.

Sementara dari balik tembok. Yifan dan YangMi tengah mengintip mereka bertiga. Lalu YangMi pun melihat wajah Yifan yang dari tadi hanya fokus memperhatikan Luhan. Dengan senyum jahil, YangMi sengaja mencubit lengan Yifan. Dan membuat Yifan meringis namun suaranya ia redam.

“YangMi.” kata Yifan dengan tatapan tajamnya. Namun YangMi balas menatap Yifan dengan tatapan Innocent-nya.

“Yifan, ayo katakan padanya cepat!” seru YangMi.

“YangMi kau gila? Ini bukan, A-aku…”

“Cepat Yifan, ah bagaimana kalau Aku panggilkan Luhan kemari dan kau bisa bicara berdua dengannya.”

“YangMi, diam di tempatmu. Jangan membuat kekacauan.”

“Aku hanya ingin membantumu Wu Yifan.”

Yifan menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu ia berniat untuk meninggalkan YangMi. namun YangMi dengan cepat menahan tangannya.

“Yifan tunggu, coba lihat. Ayahnya Luhan sudah pergi, tapi Luhan masih ada disini. Ini kesempatanmu. Ayo cepat.” Yifan pun kembali mengintip dan ternyata memang benar Ayah Luhan sudah tak berada disana. Hanya meninggalkan Luhan bersama Ibunya.

Yifan masih memperhatikan Luhan, namun ia dengan cepat menyembunyikan kembali wajahnya saat Luhan tanpa sengaja menoleh kearah tempatnya berdiri. Lalu Yifan kembali berniat meninggalkan tempat itu.

“Yifan, kau memang pengecut.” Cibir YangMi. Dan YangMi langsung pergi menghampiri Fei dan Luhan.

“YangMi, mana Yifan?” tanya Fei begitu ia sudah berada didepan mereka.

“Di-dia ada.” Fei merasa aneh dengan YangMi dan tidak puas dengan jawaban gadis itu.

Fei menghela nafas. Kemudian ia menyuruh YangMi untuk menemani Luhan. Karena tiba-tiba Yuri butuh bantuan Fei. Dan dengan segera Fei menghampiri Yuri.

“Luhan, duduklah.” Kata YangMi membuyarkan fokus Luhan yang tengah menatap punggung Fei yang menjauh.

“Ah iya, terima kasih.” Kata Luhan, lalu ia segera duduk dikursi.

YangMi sempat membeku karena sikap Luhan yang ramah, dalam hati ia bertanya apa yang terjadi dengan Luhan, kenapa bisa Luhan selembut ini. Tapi YangMi tak ambil pusing ia senang Luhan bisa bersikap ramah padanya.

“Kenapa kau hanya berdiri disana?” suara Luhan membuat YangMi sedikit kaget lalu dengan kikuk, ia duduk dikursi berseberangan dengan Luhan.

Luhan memperhatikan YangMi, memori-memori saat Luhan bersikap buruk dan membuat YangMi malu terlintas begitu saja dipikrannya. Dan Luhan merasa bersalah padanya. Bahkan YangMi sampai hari ini tidak membencinya.

“YangMi,” panggil Luhan dengan nada lembut dan YangMi pun menatap bola mata Luhan.

“Apa kau tidak marah padaku? Maksudku soal kejadian waktu itu.” Kata Luhan dengan gugup.

YangMi mengerti apa yang dimaksud oleh Luhan karena itu ia menggeleng cepat. “Tidak Luhan. Aku sudah melupakannya. Awalnya Aku memang marah tapi Aku sudah tidak apa-apa sekarang.”

“Maafkan Aku.” YangMi seketika menatap lekat-lekat mata Luhan, ia tidak salah dengarkan, Luhan baru saja minta maaf padanya.

“Aku tahu, selama ini sikapku sudah keterlaluan padamu, dan juga teman-teman yang lain. Aku benar-benar menyesal. Aku mohon YangMi, maafkan Aku.” lanjut Luhan dan ia menundukan kepalanya.

“Tidak apa-apa Luhan, Aku sudah memaafkanmu. Jadi kau tenang saja.”

Luhan mengangkat wajahnya guna melihat mata YangMi dan ia menemukan sebuah ketulusan didalamnya.

“Terima kasih YangMi.” kata Luhan sambil tersenyum tipis namun tulus. Dan YangMi balas tersenyum ramah.

.

Beberapa menit kemudian, Yifan datang menghampiri mereka berdua. Luhan sekilas menatap Yifan lalu ia segera mengalihkan pandangannya guna menghindari tatapan mata Yifan. Luhan merasa jantungnya berdebar semakin kencang, berada didekat Yifan membuat perasaan Luhan tak karuan, dan membuat Luhan merasakan hawa panas disekitarnya padahal diluar angin sedang berhembus membawa hawa dingin.

Yifan menarik kursi disebelah YangMi. wajahnya yang datar memang sulit ditebak oleh Luhan. tapi Luhan mencoba bersikap biasa dan menenangkan debaran jantungnya sendiri. Sementara YangMi merasa aneh dengan situasi ini. Ia benar-benar sangat gemas dengan Yifan. ingin rasanya ia yang mengatakan pada Luhan bahwa Yifan sangat mencintainya dan hubungannya dengan Yifan hanyalah sebatas teman.

YangMi menyenggol pelan lengan Yifan, bermaksud untuk memberi kode agar Yifan mengatakan sesuatu pada Luhan. Namun Yifan yang merasa tidak mengerti justru mengerutkan kening karena sikap YangMi yang aneh itu. Akhirnya Yifan balik menyenggol YangMi dan menatap gadis itu dengan Death Glare-nya. Sementara YangMi memukul pelan otot bisep Yifan sambil memaki Yifan dalam hatinya.

Dan didepan mereka, Luhan mengerutkan ujung alisnya melihat Skinship mereka. Walau hatinya panas tapi Luhan berusaha mengontrol emosinya dan bersikap biasa-biasa saja didepan mereka.

“Luhan, maaf membuatmu lama menunggu.” Luhan bernafas lega, akhirnya Fei datang menyelamatkan emosinya yang nyaris meledak.

“Tidak apa-apa.” Kata Luhan yang tanpa sepengetahuan Fei ia berusaha menjaga nada suaranya agar tetap normal.

Melihat sikap aneh dari ketiganya, Fei berusaha mencairkan suasana dan ia dengan lihai membuka obrolan yang dimulai dari Luhan. Tanpa banyak waktu Fei bisa mengendalikan suasana canggung diantara mereka. Sesekali YangMi menimpali, dan Yifan lebih banyak diam mendengarkan para wanita itu mengobrol walau ia merasa sedikit tidak nyaman berkumpul dengan para wanita seperti ini. Ini membuatnya merasa aneh. Meskipun begitu Yifan menghiraukannya karena ia terus saja memperhatikan Luhan dan beberapa kali juga tatapan mereka bertemu. Membuat debaran jantung mereka semakin menggila.

Setengah jam kemudian, Luhan melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Dan ia segera berdiri dari kursi membuat Fei, YangMi dan Yifan memusatkan perhatian mereka pada Luhan.

“Maaf, tapi Aku rasa Aku harus pulang sekarang.” Kata Luhan yang menatap Fei.

Fei pun juga ikut bangkit dari kursinya, “Baiklah Luhan. Apa supirmu sudah menjemputmu?” tanya Fei.

Luhan menggeleng. “Tidak, Aku bisa pulang sendiri.” Katanya.

“Eh, kau kan anak gadis, mana boleh berjalan sendirian.” Seketika Fei menoleh ke arah Yifan. “Yifan, lebih baik kau antarkan Luhan saja.” Pinta Fei yang langsung membuat Luhan melebarkan kedua bola matanya tak percaya.

“Apa?” Yifan sempat terkejut namun ia dengan segera, melangkah melewati YangMi dan Fei. Lalu berdiri tepat disamping Luhan.

Fei mengembangkan senyum, sementara YangMi menahan senyum lebarnya pada Yifan dan Luhan. mereka benar-benar aneh. Pikirnya.

“Ka-kalau begitu sampai jumpa.” Luhan terbata lalu ia membungkukan badannya pada Fei.

“Baiklah. Sampai bertemu lagi. Hati-hati ya. Yifan kau harus jaga Luhan oke.” Fei tersenyum yang  menurut Yifan aneh. Lalu ia segera berjalan mendahului Luhan.

“Apa mereka itu sepasang kekasih?” pertanyaan Yuri yang tiba-tiba itu membuat Fei dan YangMi terkejut. Sementara Yujin sudah bergabung bersama mereka.

“Aku harap itu tidak benar.” Timpal Yujin.

“Aku akan patah hati jika gadis itu adalah kekasih Yifan Oppa.” Keluh Yuri dengan ekspresi sedih bagai seseorang yang tengah patah hati.

“Hey, apa yang kalian bicarakan? Cepat kembali bekerja.” dengus Fei pada mereka berdua dan membuat keduanya segera kembali ke posisi masing-masing. Dan YangMi terkekeh dibuatnya.

.

.

.

Yifan dan Luhan berjalan menyusuri jalan, tanpa ada suara yang keluar dari bibir masing-masing. Keduanya merasa sangat gugup dan canggung. Sungguh Luhan bahkan perlahan berkeringat karena saking gugupnya. Dan Yifan walau dia berekspresi datar tapi debaran jantungnya tidak setenang wajahnya.

“Cuaca dingin seperti ini, kenapa memakai pakaian seperti itu?” akhirnya Yifan pun mengeluarkan suara beratnya. Walaupun itu hanya sekedar basa-basi. Memang saat itu Luhan memakai Mini Dress berlengan panjang warna Dutch White.

“Apa? Ehmm, tadi pagi Aku ke makam Eomma, dan cuaca juga tidak terlalu dingin.” Luhan meremas Mini Dress-nya di bagian paha samping kanannya. Karena efek gugup. Dan setelah itu Yifan kembali diam.

Tak jauh dari keberadaan Yifan dan Luhan. Sebuah mobil tengah berhenti karena didepan Traffi Light sedang menunjukan warna merah. Didalam mobil itu berisi tiga orang Namja. Dan salah satu dari mereka tidak sengaja melihat Yifan dan Luhan. setelah beberapa detik ia menegaskan pandangannya dan yakin sekali jika itu adalah Luhan dan Yifan.

“Hei, bukankah itu Luhan? dia bersama dengan Yifan.” ujar Chen yang masih memperhatikan ke arah luar.

Kai dan Chanyeol, sempat beradu pandang lalu ia mengikuti arah pandang Chen. Dan terkejut melihat Luhan yang tengah berjalan berdampingan dengan Yifan.

“Wow, kalau dilhat-lihat mereka terlihat sangat serasi ya?” kata Kai, membuat Chanyeol melihatnya tak suka.

Sial. Gerutu Chanyeol dalam hati. Chanyeol langsung meremas pegangan pada stir mobilnya sambil melihat tajam kearah depan seolah didepan sana adalah Yifan dan Luhan.

Yifan. Lihat saja, Luhan tak akan menjadi milikmu. Batin Chanyeol, lalu ia menyunggingkan sebuah seringaian. Sepertinya ia harus bergerak lebih cepat.

.

.

Yifan dan Luhan sudah tiba di depan gerbang rumah Luhan. Bayangan kejadian semalam saat Luhan tiba-tiba memeluk Yifan dan mereka berciuman, membuat pipi Luhan terasa panas. Luhan membuka sedikit pintu gerbangnya. Lalu ia berdiri menghadap Yifan dengan canggung.

“Masuklah. Dan Aku akan pulang.” Kata Yifan. Baru akan berbalik namun Luhan meraih tangan kanan Yifan dengan kedua tangannya.

Yifan menatap Luhan. “Yifan, tidak bisakah kau disini lebih lama?” tanya Luhan yang masih memegang tangan Yifan.

Yifan menaikan sebelah alisnya, lalu kembali menurunkannya. “Tapi ini sudah malam. Besok harus sekolah.” Jawab Yifan.

“Hanya sebentar saja.” pinta Luhan penuh harap.

Pada akhirnya Yifan menuruti permintaan Luhan. Gadis itu kemudian membawanya masuk kedalam rumah. Dan menuju kamar Luhan, karena Luhan ingin berdua saja dengan Yifan tanpa ada yang mengganggu apalagi memperhatikan mereka jika mereka mengobrol diruang tamu. Karena Luhan tahu pasti mereka akan jadi tontonan aneh para seisi rumah. Dengan kecanggungan mereka yang pasti akan mendominasi.

Sekarang Yifan tengah berdiri bersandar pada pagar pembatas balkon kamar Luhan. Matanya fokus memandang kearah depan. Sementara Luhan tengah berdiri di ambang pintu kaca yang menghubungkan kamar dan balkon. Ia melihat punggung Yifan yang sangat menggiurkan itu. Rasanya ingin membuat Luhan segera berlari lalu memeluk punggung Yifan dengan erat.

Luhan senang bisa berada didekat Yifan. Seperti ini, mereka sudah seperti sepasang suami-istri saja. Batin Luhan berasumsi demikian. Lalu dengan cepat ia menangkup kedua pipinya guna menetralkan aliran panas di pipinya dan perlahan berjalan menghampiri Yifan dan berdiri tepat disamping pria tampan itu.

“Kemarin kenapa menangis?” tanya Yifan, tanpa mengalihkan pandangannya.

Luhan tak langsung menjawab, karena ia sedang mengingat-ingat kemarin malam Luhan memang belum sempat bercerita pada Yifan. Karena mereka hanya saling diam dan Luhan yang terisak dalam pelukan hangat Yifan selama beberapa saat. Lalu setelah melihat Luhan sedikit tenang, Yifan segera kembali kerumahnya.

“Aku, merindukan Eomma.” Jawabnya.

Yifan menolehkan wajahnya pada Luhan. Dan Yifan melihat tatapan mata Luhan berubah sendu. Tapi Yifan masih sedikit penasaran, kenapa Luhan tak mencoba menghapus air matanya jika Luhan tahu kalau dia datang. Mungkin tidak hanya itu saja alasannya.

“Kau tidak mencoba untuk kabur kan?” tanyanya lagi. Dan membuat Luhan menatap matanya langsung.

“A-aku, uhmm, tidak. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya…. hanya…” Luhan tak tahu harus menjawab apa.

“Yifan, aku takut kalau Ayah akan melupakan Eomma.” Akhirnya Luhan mulai bercerita apa yang menyumbat isi hatinya. Yifan dengan seksama mendengar apa yang Luhan rasakan. Bahkan saat mengingat tentang Eomma-nya, Luhan kembali menangis. Yifan juga mengerti apa yang dirasakan Luhan, karena Yifan juga telah kehilangan Ayahnya jauh lebih dulu daripada Luhan.

Yifan sedikit bergeser dari posisinya, lalu merangkul bahu Luhan dan menghapus sisa air mata yang masih mengalir dari mata Luhan dengan jarinya. Luhan sempat tidak mengambil nafas beberapa detik saat jemari hangat Yifan menyapu bagian bawah matanya dan pipinya.

Walaupun Yifan tidak mengatakan agar jangan menangis, nyatanya Luhan kini sudah tidak mengeluarkan air matanya dan merasa lebih baik. Luhan semakin menginginkan Yifan untuk selalu berada disisinya. Tapi malam semakin larut. Dan Yifan harus segera pulang.

Luhan mengantarkan Yifan sampai didepan gerbang rumahnya, dan sekali lagi Luhan berdiri dengan canggung didepan Yifan. Mereka saling menatap satu sama lain.

Yifan berdehem pelan, sebelum ia berujar. “Aku, pulang dulu.” Katanya. Yifan mendadak gugup sekarang. Dan Luhan mengangguk pelan. Dengan ragu-ragu Yifan mengangkat tangannya ke udara, lalu mengusap puncak kepala Luhan dengan sangat lembut, sebagai pengganti dari kalimat ‘Jangan menangis lagi’.

Luhan hanya menatap Yifan. Beberapa detik kemudian Yifan memutar badannya dan bermaksud untuk melangkah, namun sekali lagi Luhan manahan langkahnya kali ini dengan memanggil nama Yifan. Membuat Yifan kembali menoleh ke arah Luhan.

Setelah beberapa detik menatap mata Yifan dan mengumpulkan keberanian. Luhan berjalan dua langkah lalu ia sedikit berjinjit dan mengecup singkat bibir Yifan. Yifan membelalakan matanya bahkan ketika kecupan itu berakhir. Sementara, tanpa berkata apa-apa Luhan segera masuk bersembunyi dibalik pintu gerbang rumahnya.

Yifan masih menatap pintu gerbang rumah Luhan, itu benar-benar sangat singkat. Ia tersenyum kecil lalu benar-benar melangkah meninggalkan rumah Luhan dengan hati yang menghangat.

Sementara dibalik pintu gerbang, Luhan tengah bersandar disana, mencoba menetralisir aliran darah yang sempat mengalir cepat, juga menenangkan debaran jantungnya. Nafas Luhan sedikit tersengal saking gugupnya, ia bahkan merasakan pipinya memanas dan membiarkan semburat merah muncul dipipi putihnya.

Luhan sempat berbalik, mengintip dari balik celah pintu gerbang yang sedikit terbuka, lalu ia tidak menemukan Yifan disana. Oh sungguh, itu tadi benar-benar sangat menegangkan. Tapi Luhan senang.

 

 

***** Misunderstanding *****

 

 

Jam istirahat disekolah, Luhan bersama dengan Chanyeol, Kai, dan Chen tengah berada di ruang basket. Chanyeol, Kai dan Chen tengah asik bermain bola basket. Ketiganya bersaing menggiring, men-dribble bola dan melakukan shooting hingga mencetak skor. Sementara Luhan duduk manis dibangku penonton memperhatikan mereka.

Awalnya Luhan memang fokus memperhatikan ketiga temannya bermain. Namun pelan-pelan pikiran Luhan melayang ketempat lain. Tanpa ada yang menyuruhnya, Luhan tiba-tiba mengulang lagi ingatannya tentang semalam. Sudut bibirnya sedikit tertarik nyaris membuat senyuman saat bayangan ia mencium Yifan terlintas.

Bahkan jantungnya kembali berdetak kencang hanya dengan memikirkannya. Tapi sejak tadi pagi, ia dan Yifan belum bertegur sapa sedikitpun hanya tatapan mata yang sulit diartikan. Mereka kembali seperti biasa, seolah melupakan apa yang mereka sudah lakukan dan bersikap seperti tak terjadi apa-apa.

Mereka akan segera lulus dari sekolah, bahkan mengingat beberapa obrolan teman-teman mengenai universitas dan lain-lain membuat Luhan sedikit khawatir. Itu berarti Ia tidak akan bertemu Yifan setiap hari seperti saat disekolah. Lalu apa yang bisa Luhan lakukan sekarang. Segera menyatakan cintanya. Seharusnya memang begitu, tapi nyalinya benar-benar tidak mendukungnya.

“Hey Lu, kenapa kau melamun begitu? Apa yang kau pikirkan? Apa kau sedang ada masalah?” pertanyaan beruntun dari Chanyeol, membuat Luhan tersadar dan bertanya sejak kapan Chanyeol sudah ada disampingnya.

Luhan sejenak melihat Kai dan Chen yang masih asik bermain, lalu baru beralih menatap Chanyeol yang tengah menatapnya juga.

“Hey, kalian berdua. Apa mau terus berada disana? Sebentar lagi kelas akan dilanjut.” seru Kai dari tengah-tengah lapangan.

“Kalian duluan saja. Aku masih ingin bicara dengannya.” jawab Chanyeol yang membuat Luhan sedikit penasaran.

“Ya sudah. Chen ayo kita kembali. Nanti Choi Seonsaengnim akan menghukum kita jika terlambat.” kata Kai yang langsung merangkul bahu Chen.

Kai dan Chen baru saja keluar dari ruang basket dan saat mereka hendak berbelok tiba-tiba tanpa sengaja Kai menabrak YangMi yang datang dari arah perpustakaan. Sontak saja tubrukan itu membuat YangMi terkejut hingga menjatuhkan beberapa buku yang ia bawa.

“Maafkan Aku. Aku benar-benar tidak sengaja.” kata Kai yang sudah berjongkok membantu YangMi memungut buku-bukunya yang tercecer dilantai. Sementara Chen terlihat tidak tertarik dengan mereka dan hanya memperhatikan mereka berdua dibawah sana.

“Maaf, Aku tidak melihatmu.” ujar YangMi sambil menundukan kepalanya pada Kai setelah berdiri.

Kai memperhatikan YangMi. Dia baru sadar ternyata YangMi memiliki wajah yang cantik. Kemana saja Kai selama ini, dulu dia usil menjahili gadis di depannya itu. Sekarang Kai jadi sedikit gugup dan mungkin sedikit merasa bersalah pada YangMi.

YangMi, mengerutkan dahi memperhatikan Kai yang tampak melamun. Bahkan Kai tak menanggapi ucapannya barusan. Jadi sekali lagi YangMi pun berujar.

“Aku minta maaf.” katanya, dan langsung menyadarkan Kai.

“Eoh, ah tidak tidak. Aku yang salah, jadi Aku yang minta maaf.” kata Kai kikuk.

“Oh, i-iya baiklah. Kalau begitu Kai-ssi, Chen-ssi Aku pergi dulu.” dengan senyum tipis YangMi berlalu meninggalkan mereka. Kai pun mengikuti pergerakan YangMi hingga memutar tubuhnya memperhatikan punggung YangMi hingga menghilang dibalik tikungan koridor sekolah.

“Hei, kau jatuh cinta padanya?” Chen menepuk bahu Kai lumayan keras hingga membuat Kai terkejut dan langsung menyentuh bahu yang tadi Chen tepuk.

“Bukan urusanmu.” kata Kai dengan nada cuek. Dan ia berjalan lebih dulu meninggalkan Chen.

.

“Chanyeol, apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Luhan setelah Kai dan Chen sudah tidak ada.

“Lu, ada yang ingin Aku katakan padamu.” jawab Chanyeol dan membuat Luhan semakin penasaran.

Tiba-tiba suara bel berbunyi dan itu berarti bahwa jam istirahat telah usai. Luhan segera bangkit dari kursinya.

“Maaf Chanyeol, kurasa kita bisa bicarakan nanti setelah pulang sekolah saja.” Luhan pun mulai menuruni anak tangga di area bangku penonton menuju kebawah lapangan.

“Lu tunggu, tapi ini sangat penting.” kata Chanyeol sambil berjalan mengejar langkah Luhan.

“Tapi bel sudah berbunyi Chanyeol.” jawab Luhan yang masih berjalan tanpa menoleh pada Chanyeol.

“Aku menyukaimu Luhan.” ujar Chanyeol dan seketika Luhan menghentikan langkahnya guna memastikan apa yang baru saja dia dengar.

“Aku serius Lu.” lanjut Chanyeol. Luhan pun segera berbalik menatap Chanyeol yang berjarak sekitar 3 meter dari tempatnya berdiri. Luhan menatap mata Chanyeol bertanya lewat tatapan mata apa Chanyeol sedang bercanda.

“Lu, maukah kau…”

“Chanyeol hentikan.” potong Luhan.

“Lu,”

“Aku mohon Chanyeol.” Luhan menggelengkan kepalanya. “Kau pasti bercanda.” lanjutnya.

“Aku tidak bercanda Lu. Aku serius.” ujar Chanyeol yang perlahan berjalan mendekat pada Luhan hingga keduanya saling berhadapan.

Luhan menatap dalam mata Chanyeol. Luhan tidak menyangka jika Chanyeol akan mengatakan hal ini. Ini bahkan diluar dari dugaannya. Selama ini Luhan menganggap bahwa diantara dia, dan Chanyeol hanyalah sebatas teman begitu juga dengan Kai dan Chen. Dan sampai sekarang pun Luhan tidak memiliki perasaan yang lebih selain sebagai teman.

“Chanyeol, maaf. Aku…. Aku tidak bisa.” kata Luhan dengan nada menyesal.

“Kenapa Lu. Kau tidak suka padaku. Apa Aku bersikap buruk padamu?” tanya Chanyeol menuntut.

“Bukan begitu Chanyeol. Tapi Aku memang tidak memiliki perasaan yang seperti itu padamu. Maafkan Aku.” jawab Luhan.

“Lu, apa ini karena kau menyukai Yifan?”

Luhan membeku, matanya mulai berkaca-kaca.

Sementara itu didalam kelas, semua murid sudah berada dikursi masing-masing. Kecuali Luhan dan Chanyeol. Yifan bertanya dalam hati kemana mereka berdua, kursi mereka masih kosong padahal bel sudah berbunyi dan guru tak lama lagi pasti akan datang.

Yifan berpikir sejenak, lalu tak lama ia segera bangkit dari kursinya dan keluar dari kelasnya. Mencari Luhan dan Chanyeol.

“Luhan, kau tak perlu menjawabnya sekarang. Aku bisa memberimu waktu.” kata Chanyeol.

Luhan kembali menggelengkan kepala. Dia pikir walau Luhan menjawabnya sekarang atau nanti karena jawabannya akan tetap sama. Tidak.

Tapi Chanyeol benar-benar keras kepala. Kenapa Chanyeol tidak mengerti. Seharusnya pria itu tahu apa jawaban yang akan Luhan berikan.

Yifan terus berjalan melewati lorong sekolah entah kenapa perasaannya membawa langkahnya untuk menuju ruang basket. Ia berasumsi mungkin mereka berdua ada disana. Karena tadi saat bel istrihat berbunyi Yifan melihat mereka berempat berjalan menuju ruang basket.

“Aku mohon Luhan, pertimbangkanlah.” pinta Chanyeol pada Luhan.

“Chanyeol Aku tid….” ucapan Luhan terpotong karena bibirnya sudah disambar oleh bibir Chanyeol. Mata Luhan membelalak lebar.

Dari arah luar ruangan, Yifan bersiap untuk membuka pintu ruangan itu dan ketika pintu sudah terbuka, betapa terkejutnya Yifan melihat adegan yang tengah berlangsung dihadapannya.

Yifan membeku ditempat, matanya terbuka lebar menyaksikan Luhan yang tengah berciuman dengan Chanyeol. Sesuatu yang panas merambati bagian dadanya. Selama beberapa detik Yifan masih terpaku ditempatnya.

Chanyeol yang membuka matanya, langsung menyudahi ciumannya pada Luhan kala melihat Yifan tengah memperhatikan mereka. Hatinya bersorak senang bibirnya menyeringai merasa bahwa ia telah menang.

Luhan masih tak percaya dengan apa yang Chanyeol lakukan barusan. Entah kenapa Luhan meneteskan air matanya.

“Kalian sudah selesai?” Luhan kembali terkejut kala mendengar suara berat yang sangat ia kagumi terdengar dari arah balik punggungnya.

“Yifan.”

 

 

[To Be Continued]

2 pemikiran pada “[FF – KrisHan] Misunderstanding – Chapter 6

  1. Pas baca dari awal ampe tengah.. Feelny udah berbunga² nih.. Moment Fanhan disini sweet bgt Apalagi pas Luhan nganter Bang Yipan ampe pintu gerbang rumah.. 😍😍😍 sekecup tpi bikin bertabur² bunga.. Hehe #abaikankeyadongangw
    Tapi, pas baca ending.. Terjun payung lagi..
    Faat.. Kamu kedzaaaam bgt 😂😅 pinter bgt mengombang-ambingkan perasaan akika 😅😂 #maapkeun #abaikan
    Pengen rasany chanyeol disitu aku dribble.. 😂😅

    Trus.. Trus.. Si Kai ama YangMi, apa coba?? 😑😅

    Oww.. Ya,
    “Xiao Lu, jadi orang yang ingin kau temui disini itu Yifan?”.. Yuhiuuy…Tuan Xi mah bisa aja lgi..
    Mulai sekarang kita ma Bro oke, Om Xi.. 🙋🙌😆😅

    “Ayah, Bibi Fei ini adalah Ibunya Yifan.” kata Luhan.
    Dan..dan aku kira si Luhan bakal typo bilang gini
    “Ayah, Bibi Fei ini adalah Ibunya Yifan. Calon besanMu ayah” kata Luhan.
    Haha.. #apasih #Abaikan #garing #maapkeun

    Cukup sekian panjang coment saya.. Mohon diMaapkan 😅😅
    Hwaiting, Next Chap.. 💪😍😘

    Disukai oleh 1 orang

    • 😂😂😂😂 karungin aja karungin FanHan nya Jey 😂 biar kejebak menghabiskan waktu selamanya berdua eaaaa 😍

      Bokapnya Luhan mah suka gitu. Pinter bgt bikin anak perawannya mati kutu depan gebetan 😂😂😂

      Hahaha Luhan kan masih ada gengsi, biarin deh 😂😂

      Yipan baper liat adegan ChanLu 😂😂 puk puk-in bang Yipan 😂😂😂

      Suka

Tinggalkan komentar